Ujian
Mending refreshing dulu aja...
Inget...hidup kamu enggak cuman ujian...
- Lya -
Tapi...
Bukankah hidup itu sendiri adalah ujian...?
[...menuju titik akhir penantian...~]
Friday, September 17, 2004
Saturday, September 11, 2004
Jikalah Pada Akhirnya...
Jikalah Pada Akhirnya...
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.
Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.
Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang taubat itu lebih utama.
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.
......
[Penggalan tulisan Azimah Rahayu; Ketua FLP Wilayah DKI Jakarta]
Dulu, ketika pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini, ketika hati sedang lemah...saya selalu membaca puisi ini. Penuh makna dan selalu menguatkan hati. Dan saat ini, diantara kerinduan yang mendalam dan kehidupan yang kian menjemukan...saya membacanya kembali. Mencoba mencari setetes air pelepas dahaga dan secercah cahaya...menuju titik akhir.
[Tak terasa, perjalanan ini akan berakhir. Tetaplah menunggu... Lima purnama takkan lama... ~~]
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.
Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.
Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang taubat itu lebih utama.
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.
......
[Penggalan tulisan Azimah Rahayu; Ketua FLP Wilayah DKI Jakarta]
Dulu, ketika pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini, ketika hati sedang lemah...saya selalu membaca puisi ini. Penuh makna dan selalu menguatkan hati. Dan saat ini, diantara kerinduan yang mendalam dan kehidupan yang kian menjemukan...saya membacanya kembali. Mencoba mencari setetes air pelepas dahaga dan secercah cahaya...menuju titik akhir.
[Tak terasa, perjalanan ini akan berakhir. Tetaplah menunggu... Lima purnama takkan lama... ~~]
Sunday, September 05, 2004
Hati
Hati
Ibarat langit biru...
.......seperti itulah hati...
Ibarat awan putih...
...seperti itulah cinta...
...datang tanpa terduga...
...diam-diam memayungi hati...
...membawa kesejukan...
...dan memberi ketenangan...
Ibarat awan kelabu...
...seperti itulah cinta...
...berubah sekejap mata...
...dalamnya tak terduga...
...entah membawa kebahagian...
...atau angkara...
Ibarat langit biru...
.......seperti itulah hati...
.......seperti itulah hatiku...
[BK 21 - SNU 040905]
Ibarat langit biru...
.......seperti itulah hati...
Ibarat awan putih...
...seperti itulah cinta...
...datang tanpa terduga...
...diam-diam memayungi hati...
...membawa kesejukan...
...dan memberi ketenangan...
Ibarat awan kelabu...
...seperti itulah cinta...
...berubah sekejap mata...
...dalamnya tak terduga...
...entah membawa kebahagian...
...atau angkara...
Ibarat langit biru...
.......seperti itulah hati...
.......seperti itulah hatiku...
[BK 21 - SNU 040905]
Subscribe to:
Posts (Atom)