Have an account?

Thursday, July 01, 2004

Perempuan Pemimpin

Perempuan Pemimpin

Sejumlah tokoh lembaga swadaya masyarakat dan intelektual menolak fatwa sebagian ulama Nahdlatul Ulama yang mengharamkan umat Islam memilih presiden wanita. Rektor Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azumardi Azra menilai fatwa ulama NU itu menyesatkan. Menurut dia, seharusnya symbol-simbol agama tidak dibawa ke dunia politik karena dikhawatirkan dapat melecehkan agama dan menimbulkan konflik. Fatwa ini juga dinilai sebagai bentuk persaingan antara dua calon wakil presiden dari NU. (Liputan6.com, 6 Juni 2004)

Terlepas dari kontroversinya, berita mengenai fatwa sebagian ulama Nahdlatul Ulama yang mengharamkan umat Islam memilih presiden wanita membangkitkan rasa ingin tahu saya lebih jauh akan kepatutan seorang perempuan menjadi pemimpin.

Perempuan memiliki peranan dalam sejarah negeri ini yang amat menarik untuk ditelusuri. Satu tempat yang menarik perhatian adalah Aceh Darussalam yang banyak melahirkan perempuan pemimpin pada jamannya. Jauh sebelum Kartini memperjuangkan realitas kaumnya, para perempuan Aceh telah memiliki dan mendapat ruang yang luas untuk mengembangkan diri di berbagai bidang, semisal politik, sosial serta agama.

Tengoklah Ratu Nihrasiyah yang memegang pemerintahan di Kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1400 sampai 1428. Atau juga seorang perempuan bernama Laksamana Malahayati, Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Ia memimpin armada yang sebagian prajuritnya terdiri dari janda-janda (inong bale) pahlawan yang tewas, untuk melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda. Sampai-sampai penulis Belanda Marie van Zuchtelen dalam bukunya Vrouwelijke Admiral Malahayati menyebutkan bahwa armada ini terdiri dari sekitar 2.000 prajurit perempuan yang gagah, tangkas dan berani.

Masih ada lagi cerita pembebasan Iskandar Muda oleh dua orang pimpinan perempuan, yaitu Laksamana Leurah Ganti dan Laksamana Muda Tjut Meurah Inseuen bersama Resimen Pengawal Istananya (Suke Kaway Istana) yang terdiri dari Si Pai Inong (prajurit-prajurit perempuan). Bahkan, Aceh pernah dipimpin oleh empat ratu (sultanah) berturut-turut selama 60 tahun (1641 - 1699), yaitu Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Syah, Sri Ratu Nur Alam Nakiatuddin Syah, Sri Ratu Inayat Syah Zakiatuddin Syah dan Sri Ratu Kumala Syah.

Sampai pada kisah Ratu Kumala Syah, diceritakan bahwa Syarif Hasyim, salah seorang dari kaum Wujudiah yang menentang adanya sultan perempuan, menikahi sang ratu untuk mempercepat kejatuhannya. Sementara itu, kaum Wujudiah terus menerus mengadu kepada Syarif Mekkah hingga datangnya surat Mufti Mekkah yang menegaskan ketidaksetujuannya perempuan menjadi Sultanah Aceh. Dan akhirnya, Ratu Kumala dimaksulkan dari tahta dan diganti suaminya, Syarif Hasyim. Dari kisah ini, tiba-tiba saya membayangkan Ratu Kumala sebagai Megawati Soekarno Putri sedang Syarif Hasyim dan kaum Wujudiah sebagai...... Ah, itu hanya pikiran nakal saya saja.

Seketat itukah Islam meniadakan kesempatan perempuan untuk menjadi pemimpin, presiden atau ratu? Rasanya fatwa yang dikeluarkan oleh NU di negara Indonesia yang masih menganut paham sekuler menjadi sesutu yang aneh, jika dibandingkan dengan Aceh Darussalam yang jelas-jelas mengambil Islam sebagai dasar pemerintahan tetapi masih memberi ruang yang luas bagi perempuan untuk mengambil peran, tidak terkecuali sebagai pemimpin atau sultanah.

Bagi saya, siapa pun pemimpin itu, perempuan atau laki-laki tanpa terkecuali, selama ia bisa membawa kemaslahatan untuk orang banyak kenapa tidak dipilih? Seperti pernyataan seorang ulama klasik Ibn al-Qayyim al-Jawzi: Politik, (yang direstui Islam), adalah yang benar-benar mendatangkan kemaslahatan bagi manusia dan menjauhkan kerusakan dari mereka, sekalipun ia tidak dilakukan oleh Nabi SAW dan tidak diturunkan dalam teks-teks wahyu.

Hanya saja, saat ini amatlah sulit untuk menemukan seorang perempuan pemimpin dibanding pemimpin perempuan yang bisa dikendalikan oleh siapa saja.

------------
Catatan: Saya bukan pendukung Mega!!!

(Besok hari ketujuh blogspot menghilang di sini. Doneeh juga error. Akhirnya dengan berat hati pindah ke yang lain........ ~~)

1 comment:

Anonymous said...

aku setuju banget.....